Kecipir
Kecipir (Psophocarpus
tetragonolobus (L.) D.C.) adalah tumbuhan merambat
anggota suku Fabaceae (Leguminosae).
Pucuk dan polong
mudanya dimanfaatkan sebagai sayuran. Di
Sumatera
dikenal sebagai kacang botol
atau kacang belingbing (pantai barat Sumatera, dan
Mnk.),
dan kacang embing (Palembang).
Nama-nama lainnya adalah jaat (Sd.); cipir, cicipir, kěcipir (Jw.);
kělongkang (Bl.),
serta biraro (Manado, Ternate); kacang botor, k. botol, dan k.
kumbotor (Ptk.). Dalam bahasa Inggris
disebut sebagai Winged bean, Winged pea, Four-angled bean (mengacu pada bentuk buahnya); namun juga
dinamai Goa bean dan Asparagus pea.
Asal-usul dan agihan
Para ahli berbeda pendapat mengenai asal
usul kecipir; terutama karena tidak didapati jenis liarnya, semua merupakan
jenis yang telah dibudidayakan. Keanekaragaman kecipir yang tertinggi didapati
di Papua,
wilayah perbukitan di timur laut India,
serta di wilayah Burma
yang bertetangga; sehingga diduga wilayah-wilayah itu merupakan pusat-pusat
domestikasinya. Namun, menurut Setijati Sastrapradja,
asal kecipir adalah berasal dari Indonesia dan
Papua Nugini.
Kecipir banyak didapati di Asia Tenggara dan
menyukai tanah yang baik serta sinar matahari
yang cukup. Tumbuh baik hingga pada ketinggian 1000 mdpl.
Ditanam sebagai tanaman sampingan pada musim hujan. Pada
tahun '80-an di Indonesia,
kecipir dipakai sebagai tanaman sela di antara tanaman pekarangan. Petani-petani
ini sadar akan nilai tinggi kecipir, tapi karena pemasarannya tidak seramai kubis dan
kangkung,
akhirnya tumbuhan ini tidak terlalu diusahakan secara komersial. Sebagian pakar
menduga bahwa kecipir diturunkan dari jenis-jenis Psophocarpus yang lain dari Afrika
(misalnya P. grandiflorus atau P. scandens); sementara pakar yang
lain beranggapan bahwa kecipir berasal dari jenis liar Asia
yang kini telah punah.
Pada tahun '60an, kecipir dipromosikan
secara internasional sebagai tanaman serbaguna. Kini jenis polong ini ditanam
di berbagai wilayah tropis dan
ugahari di
dunia. Pada tahun 1980, penelitian kecipir sudah mulai berkembang terutama pada
negara berkembang dan Indonesia sendiri,
menurut Sastrapradja dkk., "Indonesia merupakan salah satu dari
negara-negara yang menangani penelitian kecipir, bahkan menyediakan bibit bagi
negara-negara lain yang memerlukannya."
Catatan lain & penanaman
Secara fisiologi, kecipir sangat sensitif
dengan frost.
Selain itu, ia adalah tumbuhan hari pendek,
hanya berbunga jika panjang hari kurang dari masa kritis (untuk kecipir 12
jam). Bijinya tertutup cangkang keras, sehingga kadang-kadang diperlukan
perendaman untuk mempercepat perkecambahan.
Apabila hendak menanam kecipir, lebih baik
ditanam pada akhir musim hujan. Ditanam pada akhir musim hujan
karena sudah bisa berbunga pada musim kemarau. Apabila ditanam pada musim
hujan, kecipir akan mengeluarkan daun saja secara-terus menerus dan baru akan
berbunga 9 bulan kemudian. Akibatnya, pertambahan jumlah bunga terganggu dan buahnya
terdesak. Bijinya ini ditanam di atas tanah
yang sudah diolah menjadi bedengan sebagaimana mestinya dengan
jarak tanam 60 × 30 cm. Dalam usia 8 hari, biasanya kecipir akan berkecambah.
Apabila sudah dewasa, berilah tongkat sebagai tempat untuk merambat.
Kecipir diperbanyak pada awal musim hujan,
dan berbunga
pada 7-8 minggu setelah ditanam untuk jenis genjah, dan setelah 3-4 bulan
bagi yang lambat berbunga. Polong
muda dapat dipetik pada 10-11 minggu buat jenis genjah. Pembudidayaan tumbuhan
ini masih dilakukan secara sederhana pada awal 1980.
Manfaat
Di Indonesia,
kecipir umumnya ditanam untuk diambil buahnya yang muda, yang beserta pucuk dan
daun-daun yang muda biasanya direbus untuk dijadikan penganan (misalnya untuk lalap, pecal,
atau urap)
atau dicampurkan ke dalam sayur. Menurut Rumphius,
umbi akarnya dapat dimakan setelah direbus, namun umbi ini harus dipanen
sebelum buah kecipirnya menjadi tua. Rasa umbinya ini mirip dengan bengkuang.
Biji-bijinya yang tua (Sd. botor,
Jw. cipir) dimakan sebagai kacang-kacangan
setelah disangrai terlebih dulu.
Daunnya berkhasiat obat. Ekstrak daun kecipir
pada masa lalu digunakan untuk mengobati mata
yang bengkak dan sakit telinga.
Daun kecipir yang diremas dan dicampur adas pulasari digunakan sebagai obat
bisul. Biji dan daun mengandung flavonoid, saponin, dan tanin.
Kecipir tergolong tumbuhan penutup tanah dan
pupuk hijau
efektif karena pertumbuhannya sangat cepat dan termasuk sebagai pengikat nitrogen
dari udara yang paling baik. Dalam budidaya, tidak diperlukan sama sekali
pemupukan N.
Baca juga manfaat kecambah.
Baca juga manfaat kecambah.
No comments:
Post a Comment